Bagi siswa/siswi yang ingin mengisi mading ini silahkan kirim artikelnya ke alamat email : smanlibel@gmail.com
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pantun Ramadhan..
Makan Potato sama aja Makan Kentang
Biar Sedikit tapi Bikin Kenyang
beberapa saat lagi Ramadhan kan Datang
Yuk kita sambut dengan Hati Senang
entah kapan aku bisa pulang
Kalo akupunya utang
ikhlasin aja ya, biar hati lapang…
By entep..
-------------------------------------------------
Kisah Ramadhan..
Sepenggal Kisah Ramadhan
Dalam suatu masa di senja bulan ramadhan, seorang anak manusia rebah di lantai sebuah mesjid bersahaja tanpa dinding, menyatu dengan alam. Sebuah keteduhan yang sungguh terasa , merasuk ke segenap sendi jiwa yang terasa lelah. Beristirahat sejenak , dari sebuah pencarian yang dia lakukan siang dan malam. Melintasi lembah dan gunung, sepi dan keramaian, ekstrim kiri dan ekstrim kanan, dalam kelaparan rohani yang tak tertahan.Dan di sini dia kini, di sebuah mesjid bersahaja , mengistirahatkan jiwa yang serasa remuk. Terhantam badai putus asa dalam pencarian yang terasa sia sia. Mata tertutup tenang, menikmati sebuah keindahan yang sangat, dari kebersahajaan sebuah masjidnya alam. Yang bersedia menampung segala lelahnya, mendamaikan jiwa yang sedang galau, merintih.
Suara azanpun terdengar, suara yang membasuh jiwa yang kering kerontang. Bersiap-siap dia untuk mengadu kepada Dzat yang selama ini dicari seperti gila. Dalam kebersahajaan sebuah mesjid tanpa dinding akhirnya dia tersenyum. Sebuah kebahagiaan tak terkira ketika monolog yang dia lakukan selama ini, akhirnya menjadi sebuah dialog. Ternyata Dzat yang di rindukan , berkenan hadir dalam sebuah kebersahajaan di ujung senja pencariannya.
Diapun bersyair dalam kebahagiaan:
Telah kutemukan Dzat yang tidak pernah hilang,
hanya kebersahajaan kunci untuk menyadari,
sesuatu di sudut hati yang selama ini tertutup oleh tabir,
tersingkap akhirnya menampakkan wajah,
sebuah keteduhan yang membasuh jiwa kering,
maka sebuah monologpun menjadi dialog ,
fitri itu terasa jua.
Dan di ujung senja, dalam semburat matahari yang sederhana namun indah. Dia melangkah meninggalkan kebersahajaan sebuah mesjid, menuju kota tempat seharusnya. Tanpa ragu lagi, karena kebersahajaan yang murni dibawa di hati , membalur setiap langkah kini. Selamat jalan wahai anak manusia, nikmati dan sebarkanlah kebersahajaan murni itu. , sebab itulah ke fitri an .
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. ” (Q.s. Al -Fajr: 27-28)